Dui and Her Trip to Kiruna Part III
---
Outdoor Activities
Keesokan
pagi, aku kembali bersiap-siap untuk mengikuti tur yang lain, kali ini tur
untuk mencoba berkegiatan di alam bebas Kiruna. Tur ini dikelola oleh satu
keluarga, seorang bapak dan kedua anaknya, seorang laki-laki dan seorang perempuan. Mereka
memiliki sebuah area yang mereka bangun untuk keperluan tur ini. Kami mencapai
area ini menggunakan mobil dari kota sampai gudang tempat kami mengganti celana
dan sepatu salju yang mereka persiapkan, lalu dilanjutkan menggunakan
snowmobile.
Mereka menawarkan untuk mengendarai snowmobile ini secara bergantian. Penggunaannya seperti mengendarai motor matic, tetapi kadang membutuhkan tenaga untuk menyetir arah kemudinya. Penumpang yang lain bisa duduk bersila di kereta yang tersambung dengan snowmobile ini. Matahari menemani perjalanan ini, bersama butiran salju dan deru mesin. Akhirnya kami sampai ke area yang di tuju.
Mereka menawarkan untuk mengendarai snowmobile ini secara bergantian. Penggunaannya seperti mengendarai motor matic, tetapi kadang membutuhkan tenaga untuk menyetir arah kemudinya. Penumpang yang lain bisa duduk bersila di kereta yang tersambung dengan snowmobile ini. Matahari menemani perjalanan ini, bersama butiran salju dan deru mesin. Akhirnya kami sampai ke area yang di tuju.
Tempat kami bermalam sangat dekat
dengan sungai Torne. Air dari sungai Torne adalah salah satu dari tiga sungai
yang terbersih di Eropa karena sama sekali tidak digunakan untuk industri,
sehingga air dari sungai Torne ini aman untuk diminum langsung. Pemandangan
dari sungai Torne ini sangatlah menawan. Dikelilingi hutan pinus dan salju yang
menumpuk. Gemericik bunyi air begitu membuai, mengingatkanku akan Indonesia.
Ketika sungai di dekat rumahku dulu masih sangat bening. Cukup melihat
sekeliling, udara yang sangat segar, aku kembali bersyukur, masih bisa diberi
kesempatan untuk merasakan semua ini.
Area ini terbagi menjadi beberapa
kabin kecil terbuat dari kayu. Satu kabin tradisional suku Sami(suku asli
Kiruna yang kemungkinan sudah ada sejak jaman prasejarah), beberapa kabin kayu
modern dengen pemanas kayu bakar, satu lumbung kayu, satu kabin utama merangkap
dapur dan tempat tinggal keluarga Taube, satu sauna, satu kabin untuk barbekyu
dan satu kamar mandi tanpa air mengalir. Semuanya tertutup salju tebal.
Dapur dan tempat tinggal keluarga Taube |
Salah satu kabin / kamar tidur yang di buat seperti rumah suku Sami. |
Märta sang anak perempuan
memperkenalkan dirinya. Berambut pirang dan bertubuh kecil tetapi sangat sigap
dalam melakukan apapun. Kegiatan hari itu dimulai dengan makan siang yang sudah
dimasak oleh Märta, dia memasak sup sayur daging Moose (yang katanya masih
tersisa 3kg dari bulan November tahun lalu, bisa dibayangkan seberapa besar
Moose muda yang akan berakhir di panci keluarga Taube) dan orak arik kentang
sayur untuk yang tidak memakan daging. Kemudian dilanjutkan dengan memotong
kayu untuk bahan bakar perapian di kabin dan sauna. Setelah itu, kami diajarkan
menggunakan senapan angin berikut tips-tipsnya, dan memperingatkan kami untuk
berhati-hati dalam menggunakan senapan angin tersebut, terutama jangan membidik
ke arah mahluk hidup, baik itu manusia maupun hewan termasuk burung. Märta
bilang, „Birds are our family “. Bila kami bosan, dengan
keduanya, saat ini adalah waktu bebas untuk kami, sampai nanti saatnya makan
malam tiba.
Märta dan senapan angin |
Memotong kayu untuk bahan bakar pemanas ruangan |
Karena tidak terlalu tertarik dengan
dunia tembak menembak, akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti sekelompok orang
asal Copenhagen dan dua mahasiswi asal China untuk berkeliling mengitari hutan
pinus. Dengan lika liku dan tenggelamnya kaki di tumpukan salju yang tidak
padat, akhirnya aku melihat tepi sungai Torne, kami pun menyusuri, berjalan
berderet rapi, memastikan tetap berjalan di jalur snowmobile yang telah dibuat
oleh penduduk sekitar. Karena akan sangat berbahaya bisa kami tidak berjalan
pada jalur yang telah dipadatkan, karena kami ternyata berjalan di atas sungai
Torne yang membeku, jadi air yang mengalir tersebut adalah bagian tengah dari
sungai Torne.
Sungai Torne |
Meskipun angin berhembus lumayan
kencang, jalan-jalan singkat ini sangat menyenangkan, ditemani matahari sore,
kami berbincang banyak sambil berjalan, bertanya tentang asal masing-masing dan
banyak hal lainnya, kemudian kami berusaha membuat manusia salju yang gagal
total karena salju hari itu tidak basah, sehingga sulit untuk di bentuk.
Sebelum senja datang, kami pun diminta untuk mengambil air berember-ember untuk
keperluan kami sampai besok pagi, lumayan untuk olahraga otot tangan dan kaki.
Setelah itu Märta membuatkan kami
pure kentang, sup kacang dan menyediakan sosis khas Swedia yang berasal dari
daging Kerbau untuk kami panggang di acara barbekyu malam itu. Sambil menunggu
sauna yang sedang dipanaskan. Kami pun kembali berbincang-bincang.
Makan malam |
Märta banyak bercerita, cerita
tentang sejarah sekitar Kiruna, cerita tentang kehidupannya sehari-hari,
memperlihatkan foto-foto (ada foto berang-berang yang sangat langka bisa dilihat
di sana dan berhasil dia abadikan dalam foto atau foto aurora yang sangat hijau
di langit kabin keluarga Taube). Karena penasaran, aku bertanya apakah dia
selalu hidup di tempat terpencil itu. Märta dan adiknya Ivan akan bergantian
mengurus tur ini tergantung ada tidaknya atau sedikit banyaknya turis-turis
yang ikut tur mereka, dibantu oleh sang bapak yang sudah mempercayakan semuanya
kepada anak-anaknya.
Apakah dia merasa bosan hidup seperti ini. Dia jawab dengan mantap. Tidak, dia tidak bosan, karena dia bisa melakukan semua hal yang dia suka di sana. Waktu mungkin akan terasa sangat lambat bagi manusia-manusia yang sudah terlalu lama tinggal di kota seperti aku. Tapi bagi Märta, waktu di sana merupakan kebebasan. Bebas melakukan apapun yang dia suka, bekerja menghasilkan uang melalui sesuatu yang dia cintai.
Aku bertanya kembali, apa yang akan dia lakukan saat musim panas tiba. Dia bilang dia akan menghabiskan dua bulan penuh menjelajah China, menurutnya itulah enaknya bekerja di bidang seasonal job. Malam itu pun di tutup dengan menunggu aurora kembali, di atas sungai Torne, yang ternyata bukan keberuntungan bagi kami semua, karena langit malam itu sangatlah kelabu, abu-abu, tanpa setitik bintang.
Apakah dia merasa bosan hidup seperti ini. Dia jawab dengan mantap. Tidak, dia tidak bosan, karena dia bisa melakukan semua hal yang dia suka di sana. Waktu mungkin akan terasa sangat lambat bagi manusia-manusia yang sudah terlalu lama tinggal di kota seperti aku. Tapi bagi Märta, waktu di sana merupakan kebebasan. Bebas melakukan apapun yang dia suka, bekerja menghasilkan uang melalui sesuatu yang dia cintai.
Aku bertanya kembali, apa yang akan dia lakukan saat musim panas tiba. Dia bilang dia akan menghabiskan dua bulan penuh menjelajah China, menurutnya itulah enaknya bekerja di bidang seasonal job. Malam itu pun di tutup dengan menunggu aurora kembali, di atas sungai Torne, yang ternyata bukan keberuntungan bagi kami semua, karena langit malam itu sangatlah kelabu, abu-abu, tanpa setitik bintang.
Setelah sarapan pagi, kembali kami memiliki waktu bebas, kami bisa memilih kegiatan yang akan kami lakukan sampai saatnya
pulang tiba, kami bisa mencoba memancing di atas es, mencoba cross country skiing atau apa saja yang
kami ingin lakukan. Aku akhirnya memilih untuk mencoba memancing terlebih
dahulu. Pertama kami harus mengebor permukaan es terlebih dahulu dengan mata
bor manual dengan tangan, lalu menggunakan alat pancing sederhana kami memulai
misi pemancingan ini di beberapa tempat. Tetapi karena setelah satu jam
menunggu dan tidak ada hasilnya, akhirnya aku memutuskan untuk mencoba bermain
seluncur dan cross country skiing di daerah sekitar sungai Torne. Setelah
selesai, aku pun membantu mereka yang sedang membuat manusia salju.
Cross country skiing |
Membuat lubang dengan mata bor untuk memancng |
Menunggu |
Snowman tahun ini |
Tak terasa kami kembali dijemput
dengan Snowmobile, yang artinya kegiatan saat ini tiba pada masa harus
berhenti. Kembali ke kota, kembali keperadaban serba ada.
Sebelum diantar ke
pusat kota, aku memilih di antar ke Ice Hotel. Ice Hotel ini di buat dari air
sungai Torne yang dibekukan, dan bila musim panas telah tiba, Ice Hotel ini akan
mencair dan kembali ke sungai, maka dari itu mereka bilang pembuatan Ice Hotel
ini ramah lingkungan, karena tanpa limbah (apa yang berasal dari alam, kembali
ke alam) dan Ice Hotel ini terinspirasi dari festival es di Jepang. Ice Hotel
terdiri dari beberapa bagian. Bagian utama berupa kamar hotel yang tentunya
berfungsi seperti kamar hotel pada umumnya, sebuah bar yang bila ada yang
memesan minuman akan disuguhkan dengan menggunakan gelas yang terbuat dari es,
sebuah gereja yang juga biasa digunakan untuk menikahkan pasangan-pasangan dari
berbagai belahan bumi, juga hotel ‚normal‘ untuk orang-orang yang lebih memilih
untuk tinggal di kamar biasa.
Time to go home |
Beberapa contoh kamar di Ice Hotel
Tiba-tiba
cuaca memburuk, badai salju menemani perjalanan pulangku ke pusat kota.
Menemani malam terakhirku di Kiruna. Semakin malam, angin bertiup semakin
kencang, salju semakin turun dengan lebatnya. Setelah makan malam, aku berusaha
keluar untuk berjalan mengejar aurora kembali, tapi sepertinya cuaca amat
sangat tidak memungkinkan aku untuk terus berjalan, oleh karena itu, aku
memutuskan untuk kembali ke Tommys House. Kembali berlindung di balik selimut,
sambil sesekali melihat ke arah jendela, berharap badai salju mereda, sampai
akhirnya aku tertidur dan pagi kembali menyapa.
---
Pagi
terakhir di Kiruna kuhabiskan dengan pergi ke Sami museum, museum suku Sami
yang di dalamnya terdapat sejarah, cerita, foto, barang-barang dan banyak lagi.
Museum ini merangkap Sami Central Cultur.
Kembali jalan-jalan menelusuri pusat kota, tidak lupa membeli oleh-oleh di
supermarket terdekat. Tiba waktunya bus menuju bandara untuk berangkat. Setengah
berlari aku mengejar bus yang sudah siap di haltenya. Ibu sopir bus mulai
memanaskan mesin, menutup bagasi dan bus meluncur menuju bandara. Aku yang
duduk di tepi jendela hanya bisa termenung, ternyata liburanku telah berakhir.
Kembali ke rutinitas awal.
Kiruna Kyrka (Gereja) |
Pesawat
dari Kiruna menuju Stockholm tertunda beberapa jam, karena masalah teknis di
Arlanda, berharap tidak akan tertinggal penerbangan selanjtnya, akhirnya
pesawat lepas landas setelah sekitar satu jam tertunda. Sesaat sebelum landing , seorang pramugari meminta maaf
sekali lagi atas keterlambatan yang telah terjadi , menjelaskan beberapa hal
teknis dan mengakhiri dengan bersenandung lagu cinta yang aku lupa judulnya
menggunakan intercom. Suaranya yang jazzy menemani landing sore itu, dan ditutup dengan gemuruh tepuk tangan serta
suara tawa renyah dari para penumpang sebagai apresiasi terhadap pilot yang
telah berhasil mengantar mereka dengan selamat dan juga pramugari yang melayani
mereka di udara tadi.
Berlari kembali aku mengejar
pesawat selanjutnya. Ditemani semburat senja di langit Eropa, aku kembali
pulang, membawa kenangan dan berharap bisa membawa pengaruh positif untuk
kembali ke rutinitasku yang biasanya. Kembali ke rumah.
---
Dalam
perjalanan ini , ternyata aku menjadi manusia penuh rasa iri. Iri hati ini
rasanya begitu mendengar, melihat dan membayangkan cerita manusia-manusia penuh
idelisme. Bukan sekedar idealisme tanpa usaha. Tetapi idealism yang disusun
sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan hidup bagi mereka.
Menurut
mereka, hidup hanya sekali, maka lakukanlah apa yang kamu suka sebagai
pekerjaanmu, sebagai mata pencaharianmu. Dengan begitu, kamu tidak akan pernah
menyesal dengan semua pilihanmu, kamu akan hidup bahagia meski materi datang
dan pergi. Kamu akan
bisa merasakan hidup yang sebenarnya meskipun orang lain menatapmu sebelah
mata.
Aku iri dengan mereka, karena
mereka tahu apa yang mereka inginkan, apa yang membuat mereka bahagia, apa yang
harus mereka lakukan untuk kebahagiaan tersebut. Mereka tidak sepenuhnya
terjerat uang atau materi. Tetapi mereka mereka menggunakan materi tersebut
sebagaimana mestinya. Biarkan materi itu di dapat dan dihabiskan.. Lakukan yang
kamu mau mulai saat ini juga. Pendidikan formal (mungkin) memang penting. Tapi
bukankah melakukan apa yang kita pelajari dan apa yang kita sukai akan lebih
baik bagi diri kita?
---
„a journey of a thousand miles begins with a single step”
~philosopher
Laozi~
---
Salam
Jamadagni!
Dwi
Anggraini
NRP JMD 197313 / Ekalawya
0 comments:
Post a Comment