Monday, October 19, 2009

kehidupan

Saya mulai menjadi pembenci kehidupan. Suatu hal yang sangat saya takuti sejak SMA. Dulu, saat saya pertama kali masuk SMA, saya merasa kehidupan saya akan berhenti di situ. Motivasi untuk terus belajar tidak ada, apalagi untuk berprestasi pada kehidupan ini. Tapi di satu waktu, saya menemukan apa yang bisa membuat saya bertahan di SMA. PPA Jamadagni :) the one and only reason that i have. Lebay mungkin, tapi ternyata itulah kenyataan.

Sekarang, saya kembali membenci kehidupan. Entah mengapa semuanya terasa memburuk di otak ini. Walaupun saya tahu akan orang lain yang jauh lebih sengsara daripada saya. Itu tak cukup membuat saya mensyukuri apa yang saya punya saat ini.

Saya membenci kehidupan. Yang didalamnya terlalu banyak kotak2 bernama birokrasi atau sekedar kotak2 bernama parameter akan keberhasilan. Terlalu banyak yang terkorbankan dan dikorbankan. Terlalu banyak darah yang mengalir selama persekutuan. Ahhhhh....

Kehidupan yang terlalu mudah untuk dibenci ini mungkin berawal dari ketidakwarasan diri ini. Mengembara terlalu lama, terlena dalam buaian setan, menari diatas penderitaan sendiri, menutup telinga untuk mendengar kebenaran, nafsu yang terlalu merajalela, dan pada satu titik Tuhan marah dan membuat saya membenciNya.

Entah apa maksud Tuhan kali ini. Haruskah saya menunggu dan memohon pengampunanNya? MemintaNya mengembalikan semua keberuntungan yang sangat tidak pantas untuk diberikan kepada seorang saya ini?

dan kini saya memjadi seorang pembenci kehidupan.

Wednesday, October 7, 2009

Terjadi, maka terjadilah!

Terjadi, maka terjadilah!

Salah kalau saya menyalahkan Tuhan atas segala sesuatu yang saya lakukan.
Salah kalau saya membenci Tuhan karena sesuatu yang saya perbuat.
Salah kalau saya mencaci-Nya seharian penuh karena kegagalan yang saya terima.

Intinya yang salah hanyalah seorang saya. Tidak lebih dan tidak kurang.

Hari ini saya akan mengerjakan ujian yang bisa dibilang mungkin akan menjadi titik balik pemikiran akan masa depan saya. Kalau ujian kali ini kembali tidak lulus. Mungkin saya akan bertahan atau juga mungkin saya akan menghilang.

Saya takut menjadi manusia yang melupakan Tuhannya.
Saya takut menjadi manusia yang mencaci Tuhannya.
Saya takut menjadi manusia yang terbuang oleh Tuhannya.

Apa gunanya menyakini adanya Tuhan tapi selalu melanggar apa yang diwajibkan-Nya?

Tuhan maha mengetahui. Hidup, kerja keras, usaha, kemauan, kemalasan, dosa dan apapun yang saya lakukan. Apakah Tuhan hidup dalam hidup saya? Apakah Tuhan bernapas bersama saya? Apakah saya masih dipandang dalam sisi Ketuhanannya?

Ataukah saya menjadi manusia terhina yang membuatnya memalingkan muka?
Ataukah saya menjadi manusia yang ternyata telah melupakan Tuhannya?

Salahkah seorang saya sekarang menyalahkan Tuhannya?
Salah, karena sesuatu berasal dari sebuah alasan. Dia tidak terbentuk dari sesuatu yang tidak ada.

Salahkah seorang saya sekarang mencaci Tuhannya?
Salah, untuk apa mencaci sesuatu yang begitu sempurna. Hal itu hanya memperlihatkan begitu bobroknya seorang saya yang tidak bisa menerima diri sendiri dan mencari sebuah pelarian akan suatu kebenaran, dan parah nya lagi dia menemukan Tuhan untuk dipersalahkan?! How pitty :(

Terjadi, maka terjadilah!

Hanya itu yang bisa saya tulis saat ini.

Search This Blog