Friday, October 26, 2012

Nenek Bercucu

Kasih seorang nenek kepada cucunya memang tak sebesar rasa sayang seorang ibu kepada anaknya. 
Kasih yang tulus tanpa pamrih yang kadang tak lagi mementingkan dirinya sendiri.

Hari ini aku melihatnya. Hanya dengan melihatnya, senyumku mengembang. Merekam dalam-dalam reka adegan di depan mata itu. Tersenyum. Indah.

Mereka berlari. Seorang nenek dengan dua cucu laki-laki. Pak supir menunggu dengan ramahnya. 
Mereka masuk. Bernapas tersengal tak karuan. Cucu tua tersenyum pada sang nenek, memberikan senyum kepuasan karena mereka berhasil berada di dalam dan tak menjadi yang tertinggal. Cucu muda masih terengah. Sang nenek tersenyum membalas, bangga akan kedua cucu dan dirinya, sambil berusaha menenangkan sang muda. 

Si muda menggigil sambil tersengal-sengal. 

Sang nenek yang tiba-tiba menjadi pahlawan kasih sayang membuka jaketnya. Dilampirkanya jaket putih itu kepada si muda. Si muda tersenyum tulus. Dilipatnya lengan jaket yang kebesaran itu, masih tetap tersenyum si muda terkekeh. Aiiihhhh, manisnya. Si muda kini siap tempur melawan suhu minus derajat.

Adegan itu seperti film pendek, menebar bahagia karena kemacetan kota. Melupakan sejenak jengah yang ada. Menampilkan sisi manusia, yang juga merupakan mahluk pengasih di jagad raya.

Happy Ied Adha 1433H. 

p.s. Terimakasih telah mengawali hari besar ini dengan kebahagiaan :)

Keibelerinen

Friday, October 12, 2012

I'm Back


I'm back to reality...

Bismillahirahmannirahim

Monday, October 1, 2012

Me, Myselfs, One of My Dream and My Past



Seperti judulnya, dalam foto itu semuanya ada : seorang Dwi Anggraini, obesinya, masa lalunya beserta impiannya. Bisa  menggapai semuanya dalam satu frame foto membuat saya tersenyum. Saat mendapatkannya, saya merasa puas sesaat. Setelah mendapatkannya, saya terisak, sesak.

Apa yang akan saya lakukan sekarang? Saat ini? Setelah pelarian ini saya lakukan, meskipun saya tahu setiap pelarian akan menemukan jalan buntu.

Pelarian itu bernama pelarian Semeru. Ketika saya melihat secarik kertas resolusi yang saya sisipkan diantara lembaran diary saya, saat itu pula saya putuskan untuk pulang. Saya harus pulang! Di atas kertas itu tertulis saya ingin menaklukan puncak-puncak dunia, dimulai dengan Semeru. Mungkin dengan menggapai Mahameru, maka dia akan menuntun saya, mengembalikan seorang saya pada semangat masa remaja yang selalu menggebu-gebu.

Tanpa saya sadari, semakin saya berjalan, semakin berat segala kenyataan yang ada. Sampai saya menjejakkan kaki pada Mahameru, saya hanya bisa terdiam duduk. Memijakkan kaki di negeri yang berada di atas awan. Bertanya pada diri sendiri, apa yang akan saya lakukan setelah ini, perjalanan ini adalah sebuah perjalanan biasa. Perjalanan bersama masa lalu sekaligus salah satu penentu masa depan saya.

Kembali membalikkan badan, berjalan menuruni bebatuan dan pasir-pasir yang tak pernah pada tempatnya. Semakin mendekat, semakin saya tersadar akan kenyataan. Kehidupan saya sebenarnya akan kembali dimulai. Liburan saya akan segera berakhir, pelarian saya harus segera dihentikan. Saya harus diam sejenak, bertanya kembali pada diri ini, apa yang akan saya lakukan selanjutnya? Apa?

Search This Blog