Pertanyaan Seorang Kawan
Jawaban untuk seorang teman :)Ujian membuat kepala ini semakin mumet, apalagi kalau ternyata meyakini diri sendiri untuk mengulang semester depan, yang berarti kehilangan satu semester lagi. Untuk meringankan beban selama tiga jam itu pula yang dicetuskanlah ide berjalan kaki sebanyak tiga stasiun U-Bahn ( Ernst-Reuter-Platz -- Zoologischergarten -- Hansaplatz -- Turmstraße ). Pilihan yang sedikit bodoh karena sekitar satu jam sebelum maghrib.
Selama perjalanan itulah si payun mengangkat suatu tema yang menarik, yang kalau dipikir-pikir lagi, tema itu adalah tema yang saya hilangkan dari pikiran saya. Dia bertanya , "Kenapa kerja keras seseorang hanya dinilai pada hasil akhir?!" Contohnya kira-kira begini : Di saat si A yang notabene sangat pintar dan rajin yang selalu mendapatkan nilai bagus, tiba-tiba saat ujian mathematik dia mencret-mencret. Akhirnya dia lebih memilih ke toilet daripada melanjutkan ujiannya. Hasilnya? Lulus pun tidak. Jadi, kenapa 'kerja keras seseorang selama satu semester itu tak terlihat?'
Ada satu pertanyaan lagi, '' Apakah saya pernah berpikir seperti itu? ''. Jawabnnya adalah Ya. Tapi, dulu saat saya SMA dan saat saya mulai masuk kuliah. Prinsip saya (mungkin sedikit banyak dipengaruhi oleh ortu) adalah, saya tak pernah peduli akan nilai yang ada. Yang terpenting adalah saya MENGERTI, saya bukanlah orang dengan otak super encer, daya ingat sangat kuat ataupun rajin. Oleh karena itu, saya pun harus bekerja ekstra lebih dari orang2 tsb. Tak perduli dengan yang lain bilang dan tak peduli dengan lingkungan masyarakat menilainya seperti apa. Tapi itulah yang ada dalam hidup saya. Saya orang yang tak pernah membolos kecuali memang diperlukan. Setidaknya saya berusaha datang untuk mendengarkan atau sekedar melamun karena materi yang terlalu sulit :D
Idealisme. Mungkin itu adalah Idealisme yang terkikis sedemikian rupa hingga tak berbekas. Merasa lelah karena apa yang dilakukan oleh saya terlalu terasa sia-sia. Pada akhirnya hanya meninggalkan stupa yang terkubur jauh-jauh dan mau tidak mau, saya kembali pada kenyataan yaitu suatu sistem pendidikan yang sebegitunya serta HARUS saya jalani.
Yang kuat akan selalu menang, yang berusaha keras akan selalu cemerlang, yang bersabar dan bertawakal akan selalu mendapatkannya dan yang lemah? Silakan merenungi diri, bukan dengan menyesali, bukan dengan mempertanyakan banyak hal, juga bukan dengan menyalahkan orang lain. Tapi, merenung dan mencari titik tolak menuju secercah harapan.
Ayolah Kawan, jangan kita mempertanyakan apa yang tidak bisa kita ubah. Mari menjadi 'sesuatu' terlebih dulu agar bisa merubah dunia.
Bagaimana menjadi 'sesuatu'? Memahami, mengikuti, dan kita lihat pada akhirnya. Apakah kita sanggup menjadi 'sesuatu'? Apakah kita masih bertahan? Mari kita lihat 10 tahun kedepan :)
0 comments:
Post a Comment