Dui and Her Trip to Kiruna Part II
---
Kiruna
Perjalanan Stokholm – Kiruna
memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan pesawat. Langit biru digantikan dengan
badai salju. Menyambut sambil turun dari pesawat dan membuatku menarik
resleting jaket musim dingin yang kupakai sampai ke leher. Bandara di Kiruna
sangatlah kecil jika dibandingkan dengan Arlanda. Terdapat dua maskapai penerbangan
yang bisa digunakan untuk mencapai Kiruna dari kota atau negara terdekat, yang
bergantian setiap jamnya untuk terbang kembali ke tempat tujuan masing-masing.
Kiruna City dapat ditempuh
dengan bus bandara yang jam berangkatnya disesuaikan dengan jadwal penerbangan
yang ada, maka bila ada keterlambatan, tidak perlu khawatir, karena bus ini
akan menunggu penumpangnya yang baru saja turun dari pesawat. Atau dengan
taksi, meskipun taksi di sini harus di pesan terlebih dahulu dan menyocokan
harga serta waktu.
Hostel
yang telah aku pesan memang berada di tengah kota, hanya sekitar 10 menit
berjalan kaki dari Kiruna Tourist Information Center. Nama hostelnya adalah
Tommys House. Sebuah rumah 3 tingkat bercat dinding merah tua, warna merah tua
memang warna khas dari rumah-rumah kayu di Skandinavia. Kamarku terletak di basement. Tentunya ruang bawah tanah
yang layak huni, kamarnya kecil tapi nyaman, dengan jendela kecil di ujung
kamar serta kamar mandi yang merangkap sauna pribadi pemilik Tommys Hostel.
Tidak
lama setelah aku merapikan barang-barang di kamar, aku pun berkeliling ke
tengah kota, mencari dimana supermarket terdekat, atau sekedar melihat-lihat
bangunan-bangunan di pusat kota. Jalanan bersalju menghambatku berjalan cepat
dan harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Setelah beberapa jam mengelilingi
kota, aku pun kembali ke Tommys House untuk beristirahat.
Alarmku berbunyi, saatnya untuk
bersiap-siap. Malam ini aku akan mengejar aurora bersama sebuah tur yang
menyediakan transportasi dan seorang pemandu. Karena tujuannya memang mengejar
aurora, jadi aku putuskan menggunakan tur, dengan harapan akan lebih terbuka
kesempatan melihat aurora. Sebelum itu, aku memastikan untuk makan malam
terlebih dahulu, mie seduh dan nasi instant yang kubawa dari rumah menemaniku
sendirian di dapur pada malam itu. Kulihat cuaca di luar dari jendela dapur,
hitam pekat dan sedikit bersalju. Aku mulai khawatir, akankah hari ini aku bisa
melihat aurora?
Perlengkapan tempurku sudah siap
semua, baju rangkap tiga, syal , kupluk, tidak lupa kamera, tripod , dll yang
telah rapi masuk ke dalam daypack.
Aku siap untuk pergi, apapun hasilnya nanti. Maka aku pun memulai kembali malam
ini.
---
Aurora
Stefan namanya, lelaki kurus yang
bilang, „I was German“, dengan penekanan kata was sambil tersenyum melihatku, mungkin karena dia tahu aku berasal
dari Berlin. Dia mengenal Kiruna pada awal tahun 90-an dan akhirnya memutuskan
menetap di Kiruna dan meninggalkan Jerman pada awal tahun 2000.
„It was love at the first sight“, mengawali karier nya di dunia seluncur anjing (dog sleeding) selama enam bulan setelah melewati hari-hari neraka kerja penuh lembur di dunia keinsinyuran Jerman. Demi enam bulan liburan yang dia pakai hanya untuk menjinakan anjing-anjing husky. Dia berkata, “Tahu enggak? Setelah enam bulan berkutat dengan anjing-anjing itu, otak saya tiba-tiba mati, enggak bisa digunakan untuk berpikir seperti sedia kala. Jadi, saat saya kembali ke kantor setelah enam bulan, kembali mengalami kerja lembur dan sebagainya. Saya mulai mempertanyakan diri saya sendiri. Apakah saya akan melakukan pekerjaan ini sampai akhir hidup saya nanti? Pekerjaan yang akhirnya saya sadari bukan sesuatu yang saya cintai, karena saya hanya mengejar materi. Akhirnya setelah satu bulan saya kembali bekerja, saya memutuskan untuk mengundurkan diri, dan kembali ke Kiruna. My love and my passions. pada akhirnya setelah melewati liku-liku jatuh bangun, akhirnya saya memutuskan untuk pindah untuk seterusnya ke Kiruna. And here I am, with all of you, with this seasonal job of mine”
Ternyata
di dalam mobil sudah ada dua orang yang ternyata pasangan suami istri dan
secara kebetulan sang suami adalah pria Indonesia asal Medan dan sang istri
adalah wanita Malaysia. Setelah berkenalan singkat, kami pun menjemput satu orang
terakhir untuk tim malam ini, perempuan Hongkong yang sedang menyelesaikan
kuliahnya di Belanda. Mereka adalah orang-orang yang sangat ramah, antusias,
dan menyenangkan. Banyak cerita yang mereka ceritakan, terutama pemandu kami
malam itu, Stefan.
Ditemani
kopi, teh, dan kue-kue ringan lainnya, mobil yang kami tumpangi menembus
gelapnya malam Kiruna, menjauh dari gemerlapnya lampu kota. Malam itu angin berhembus kencang
dan langit berawan. Sampai tiba satu waktu bintang-bintang mulai terlihat di
balik awan. Bintang termasuk salah satu pertanda bahwa aurora akan bisa
terlihat. Kami pun mulai memincingkan mata, menengok ke kiri dan ke kanan
jalan. Sampai satu waktu Stefan menunjuk ke arah kanan jalan, aurora! Dengan
sangat ajaibnya terlihat oleh mata ini semburat hijau yang tidak begitu kuat
dan akhirnya dia memutuskan untuk
mencari tempat parkir yang aman.
Aurora? Sebuah keberuntungan
mungkin? Karena kadang dia ada, menunggu di langit malam, tetapi bila awan
berkumpul, maka aku tak akan bisa melihatnya, dia tak akan memunculkan
keajaibannya dimataku. Aurora diawali dengan kabut putih, bergerak perlahan
yang lama-lama merambat menjadi berwarna hijau,semakin lama semakin terlihat
jelas, bergerak terus menerus, menari-nari, menjalar ke segala arah, muncul
dari berbagai macam arah, membuatku hanya bisa terkesima, membuatku besyukur
mendapatkan kesempatan seperti ini, membuatku lupa diri, membuatku mengingat
mimpi-mimpi, ah andai keadaan ini bisa bertahan lama, karena setelah beberapa
menit menari-nari di atas langit malam itu, aurora menghilang begitu saja, di
telan awan.
Ya, hanya keberuntungan semata. Bahkan Stefan pun tidak selalu
melihat aurora di setiap tur yang dia bawa. Dia bilang bahwa melihat aurora
selalu menjadi momen yang paling ajaib di hidup dia. Meskipun dia sudah melihat
aurora berkali-kali, saat aurora muncul, perasaan itu selalu muncul kembali,
perasaan yang sama ketika melihat aurora untuk pertama kalinya dalam hidupnya.
Bahkan untuk aku sendiri, saat aku melihat aurora yang tidak seperti di
foto-foto itu, aku merasa sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Meskipun pada akhirnya foto-foto yang kubuat tidak terlalu bagus, tapi aku
sangat puas. Aku puas dengan malam ini, tiga kali kami melihat aurora, dengan
intensitas yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda pula.
Akhirnya kami pun memutuskan untuk kembali ke Kiruna City, karena saat kami sampai di Abisko yang terkenal karena langitnya yang cerah dan terdapat menara observasi aurora, kami tidak melihat tanda-tanda aurora akan keluar meskipun langit yang hitam pekat itu bertabur bintang tanpa awan. Malam itu akan tersimpan rapat menjadi kenangan. Memori ini akan aku simpan dan akan terus bersamaku, selamanya. Tujuanku sudah terlaksana, impian masa kecil telah menjadi kenyataan. Apalagi yang bisa kuharapkan? Nothing more! J Aku pun tertidur malam itu tanpa bermimpi.
Akhirnya kami pun memutuskan untuk kembali ke Kiruna City, karena saat kami sampai di Abisko yang terkenal karena langitnya yang cerah dan terdapat menara observasi aurora, kami tidak melihat tanda-tanda aurora akan keluar meskipun langit yang hitam pekat itu bertabur bintang tanpa awan. Malam itu akan tersimpan rapat menjadi kenangan. Memori ini akan aku simpan dan akan terus bersamaku, selamanya. Tujuanku sudah terlaksana, impian masa kecil telah menjadi kenyataan. Apalagi yang bisa kuharapkan? Nothing more! J Aku pun tertidur malam itu tanpa bermimpi.
---