Si Hati
Lupa aku kapan pertama kali si hati menemaniku, menggantung manis sebagai pemberat beberapa kunci milikku. Gemericing bunyinya bila aku berlari, terantuk satu sama lain, membuatku tahu, kunci-kunci tersebut masih aman bersamaku.
Tak banyak yang tahu kalau si hati merupakan pasangan bagi yang lain, yang bila dia disatukan, maka akan terbentuk lingkaran sempurna dengan patahan hati ditengahnya. Ah, sudah lama aku tak melihatnya bersatu, mungkin dia sudah muak bersama kunci-kunciku.
Hatiku terjatuh, tak tahu di mana, meringankan beban kunci-kunci yang biasanya kubawa. Aku menatap kosong padanya, ah mungkin seharusnya sudah kusimpan dari jauh-jauh hari pikirku, saat ia tak mungkin lagi bersatu dengan yang satu. Bukan karena ia tak mampu, tapi aku yang ragu.
Si hati telah menghilang hari ini, tapi kenangan sekelebat menghampiriku. Ah masa lalu, mengapa kau harus datang berlalu? Bukankah masa lalu itu adalah hal yang paling jauh di dunia ini?
Ibuku pernah bilang sambil berlalu, jangan pernah percaya pada takhyul, sekecil apapun, tapi kini aku malah berpikir, mungkin memang inilah saatnya, pembebasan itu benar-benar dibuat.
Pembebasanku pada diriku sendiri, dia, mereka dan sekelilingku...
0 comments:
Post a Comment