Wednesday, October 2, 2013

dia

Dia dalam hidup, tak pernah terlintas akan ada akhir cerita. Cerita yang tak usah bagus tapi pun tak akan usang dimakan senjakala. Dia mencerahkan hari, hati tak bersiul tapi mulut selalu menyungging senyum. Dia diam membisu, bukan tak ada tapi selalu bersembunyi. Dia yang tak dimengerti, mengangguk atau menggeleng, meyelaraskan keheningan dunia.

Hari-hari yang berlalu, dia ada, diam diam dan dalam diam. Terdengar desir angin, lembut seperti bisikan pasir, membawa hawa bernuansa damai. Dia yang ada tapi tak ada. 

Suatu saat badai datang, ketika hari bersinar terang benderang, ketika lagu itu mengalun. Menoreh toreh, mengoyak koyak, membuat kaku seperti batu. Sel kelabu otak terbekukan kenyataan. Tak ada lagi darah segar mengalir. Kantung air mata yang mengering. Tak ada lagi sinkronisasi dalam tubuh seorang dia yang lain. Umpatan halus itu terus masuk, menabuh gendang telinga yang lelah mendengar, memaksanya untuk mendengar dan kembali menyayat sang hati. "Sejahat itukah aku?", dia yang lain pun terpaku...



Related Articles

0 comments:

Search This Blog