Monday, October 19, 2009

kehidupan

Saya mulai menjadi pembenci kehidupan. Suatu hal yang sangat saya takuti sejak SMA. Dulu, saat saya pertama kali masuk SMA, saya merasa kehidupan saya akan berhenti di situ. Motivasi untuk terus belajar tidak ada, apalagi untuk berprestasi pada kehidupan ini. Tapi di satu waktu, saya menemukan apa yang bisa membuat saya bertahan di SMA. PPA Jamadagni :) the one and only reason that i have. Lebay mungkin, tapi ternyata itulah kenyataan.

Sekarang, saya kembali membenci kehidupan. Entah mengapa semuanya terasa memburuk di otak ini. Walaupun saya tahu akan orang lain yang jauh lebih sengsara daripada saya. Itu tak cukup membuat saya mensyukuri apa yang saya punya saat ini.

Saya membenci kehidupan. Yang didalamnya terlalu banyak kotak2 bernama birokrasi atau sekedar kotak2 bernama parameter akan keberhasilan. Terlalu banyak yang terkorbankan dan dikorbankan. Terlalu banyak darah yang mengalir selama persekutuan. Ahhhhh....

Kehidupan yang terlalu mudah untuk dibenci ini mungkin berawal dari ketidakwarasan diri ini. Mengembara terlalu lama, terlena dalam buaian setan, menari diatas penderitaan sendiri, menutup telinga untuk mendengar kebenaran, nafsu yang terlalu merajalela, dan pada satu titik Tuhan marah dan membuat saya membenciNya.

Entah apa maksud Tuhan kali ini. Haruskah saya menunggu dan memohon pengampunanNya? MemintaNya mengembalikan semua keberuntungan yang sangat tidak pantas untuk diberikan kepada seorang saya ini?

dan kini saya memjadi seorang pembenci kehidupan.

Related Articles

0 comments:

Search This Blog