Tuesday, March 15, 2016

Joey

Kemarin malam, iseng saya mendengarkan wawancara seorang pianis jazz muda yang kata orang masuk kategori prodigy, Joey Alexander, di WBGO. Sesi pertama berlalu begitu saja, lalu dia memainkan salah satu lagu di album pertamanya yang berjudul Giant Step. Lagu mengalun, biasa-biasa saja. Menarik. Tapi saya bukanlah pendengar jazz. Jadi tidaklah saya bisa mengapresiasikan lagu tersebut lebih dari sekedar bagus dan menarik.

Setelah Giant Step berlalu, pewawancara bertanya kepada Joey tentang apa yang ada di dalam pikiran dia ketika bermain piano, kenapa dia bermain piano sampai harus berdiri kalau dirinya merasa menggebu-gebu? Kenapa dia bisa menjadi dia yang sekarang bahkan tanpa belajar piano secara formal? Mengapa dia menyukai jazz?

Pada pertanyaan mengapa dia menyukai jazz itulah keluar penjelasan dan jawaban yang sangat menarik.

Joey : " ... yes, I mean Jazz is... to express yourself and but also in freedom you have to have discipline to do it and also responsibility and it is not easy. You have to have that if you want to have that freedom. "

Menarik bukan, bagaimana seorang anak berumur 12 tahun ( dimana dia memulai bermain piano jazz pada umur 6 tahun ) bisa mengerti bagaimana sebuah kebebasan bukan berarti kebablasan, tetapi di balik kebebasan selalu terdapat tanggung jawab yang harus juga dipikirkan. Kebebasan tidaklah berarti bebas sebebas-bebasnya kamu, aku dan kita semua merusak kesetimbangan dunia. Tetapi kebebasan sesungguhnya adalah kebebasan yang membuat dirimu lebih baik dan tidak membuat chaos sekelilingnya.

Lebih menarik lagi menurut saya, bagaimana kedua orangtuanya menanamkan hal sebesar itu dalam diri seorang Joey Alexander. Sedangkan saya, mengenal kata kebebasan yang bertanggung jawab setelah saya hidup jauh dari orang tua. Sendiri dan teringat apa-apa yang pernah bapak dan ibu saya katakan dan lakukan kepada saya. Ibu saya tak pernah bilang secara terang-terangan tentang hal tersebut,  tetapi dulu saya selalu menjadi anak perempuan yang paling bebas naik gunung setiap sabtu dan minggu di angkatan saya bahkan sedari saya masih duduk di bangku SMP, dimana anak perempuan lain selalu seret izin dari orangtua mereka. Tetapi begitu kebebasan saya dianggap melampaui batas, mereka akan mengerem saya sejadi-jadinya. Membuat saya kembali berpikir ulang mengapa mereka merampas kebebasan yang telah mereka berikan kepada saya, yang notabene adalah hak saya. Membuat saya mengerti, di balik kebebasan sebagai manusia, terdapat tanggung jawab yang tetap harus di penuhi, mungkin pada saat itu adalah belajar sebagai murid SMA dan pemenuhan janji yang selalu saya ingkari. 


Related Articles

0 comments:

Search This Blog