Saturday, March 27, 2010

Hijaunya Hati

Saya berlari menuju sebuah ujung tak terelakan.
Kembali menuju titik awal pencerahan.
Hidupnya, matinya.
Tak kan pernah bisa di elak.
Tak tahu harus berjalan kemana.
Hanya derai air yang terus mengalun.
Akankah saya menghilang?
Redup padam lentera kehidupan.
Terpungkiri makna sejatinya.
Saat limbah pekat teraduk rata.
Disitulah saya terkulai.
Jangan lagi ribuan jarum itu tertanam.
Membuat rintihan tak terdengar.
Kesepian tak terjamah.
Nurani yang berdiri.
Biarkanlah saya menjadi angin.
Diatas gambaran pusaka sang alam.
Meneduh rindu pada-Nya.
Mendongak silau akan kekuasaan-Nya.
Atau...
Biarkanlah saya menjadi kabut.
Membendung rindu tak tercapai.
Menekuk malu pada-Nya.
Tak mungkin sampai!
Terlalu pekat dihalaunya.
Terlalu takut seperti pecundang.
Melirih lembut bak samudra hijau...

-duapuluhdelapanmaretduaribusepuluhdisaatrasaitukembaliada-

Related Articles

0 comments:

Search This Blog